Kang Soiran, Ustad Tunanetra Memiliki Semangat Ditengah Keterbatasan


Allah SWT tidak akan menguji seorang hamba diluar batas kemampuan yang dimiliki. Mungkin kita sering mendengar nasehat tersebut demi memiliki semangat juang yang tidak pernah padam. Teori memang tidak semudah praktik, sebab perlu tingkat keimanan dan kelapangan hati yang besar dalam melakoni setiap ujian yang diberikan oleh Allah SWT.


Sebuah kisah kehidupan dari sosok Kang Soiran akan membuka mata hati kita untuk selalu bersyukur atas semua nikmat yang diberikan Sang Maha Kuasa. Jika kang Soiran yang memiliki keterbatasan saja memiliki niat memajukan umat, kita yang memiliki fisik lebih sempurna wajib mengambil contoh dan berdaya lebih baik. Berikut kisah Kang Soiran dari Ponorogo yang sangat inspiratif!

Perjuangan Kang Soiran sejak masih kecil

Soiran merupakan warga asli Desa Baosan Kidul, Kecamatan Ngrayun, Kabupaten Ponorogo yang menjadi seorang guru tunanetra di MTS/MA Al-Hikmah. Lokasi sekolah berjarak sekitar 1,5 kilometer dari rumah pemuda berusia 38 tahun ini. Saban hari, Soiran—masyarakat sekitar memanggil dengan sebutan Kang Soiran—terbiasa jalan kaki dengan tongkat menuju ke tempat mengabdikan ilmu.

Sejak pukul 6 pagi, ia sudah mulai berjalan kaki menuju ke MTS/MA Al Hikmah. Kalau beruntung bisa mendapatkan tumpangan dari siswa atau orang lain, Kang Soiran tidak perlu jalan kaki. Aktivitas jalan kaki sudah ia jalani selama 9 tahun terakhir. Kang Soiran tidak pernah mengeluh sebab ia sudah mengalami masa sulit sebelumnya. Sejak masih SMP, dirinya selalu berjalan kaki untuk menuju ke sekolah sekitar 2 jam lamanya. Akses lokasi di pegunungan yang masih berupa hutan belantara membuat kendaraan masih terbatas pada masa itu.

Pada saat kecil, Kang Soiran memiliki fisik yang sempurna. Ia mengalami penurunan penglihatan saat duduk di kelas 2 SD. Mata kanan mengeluarkan air dan mendadak tidak bisa melihat sama sekali, sedangkan mata kiri mengalami penurunan penglihatan saat menempuh pendidikan di kampus hingga ia buta permanen tahun 2012. Meskipun menyandang status tunanetra, semangat juang Kang Soiran sangat tinggi. Ia lulus kuliah jurusan Tarbiyah STAIN Ponorogo tahun 2014 lalu.

Kondisi fisik yang terbatas tidak menyulitkan Kang Soiran untuk mengajar di sekolah. Tidak hanya mengaji Al-Qur’an saja, ia juga mampu mengajar ilmu Tajwid, Bahasa Arab, Fiqih, Akidah Akhlaq, dan Alqur’an Hadist. Sosok inspiratifnya yang memprakarsai pendirian madrasah diniyah untuk mengajar anak-anak mengaji di sekitar rumah. Tak hanya anak-anak saja, para ibu yang belum bisa mengaji di sekitar rumah ikut belajar pada sosok rendah hati ini.

Kebaikan yang bisa diberikan untuk Kang Soiran

Melihat sepak terjang Kang Soiran yang berjuang ditengah keterbatasan dengan sarana prasarana yang minim, sudah sepatutnya kita ikut mengapresiasi perjuangan tersebut. Allah SWT ingin menggerakkan hati kita untuk memberikan kebaikan lewat campaign #AwaliDenganKebaikan dari Allianz.

Dengan menjadi peserta Allisya Protection Plus, kita bisa membantu peserta lain  yang mengalami musibah. Tak hanya itu saja, asuransi syariah Indonesia bisa menjadi wadah untuk memberikan sumbangsih sosial kepada orang yang membutuhkan. Kang Soiran merupakan contoh teladan yang wajib mendapatkan berkah kebaikan dari kebaikan-kebaikan yang ia tanam selama ini. Umroh gratis bisa menjadi salah satu kebaikan yang sangat diharapkan Kang Soiran selama ini.

Yuk, selalu tebar kebaikan tanpa putus dengan menggunakan produk asuransi syariah Allianz! Memberi kabar bahagia kepada orang-orang yang baik akan memberikan kepuasan dalam hati masing-masing. Kalau kita bisa memberikan kebahagiaan pada diri sendiri lewat kebahagiaan orang lain, kenapa tidak?

Posting Komentar

0 Komentar